Monday, August 10, 2015

Monolog - Sayu

Sayu


Illustration by Elisabeth Cintami (Instagram @elelisalisa)
"Cinta, nista, derita"

Tiga kata itu aku pegang dalam sayu. Hatiku yang kini terasa sendu berjalan menembus barisan partikel rindu. Memangnya siapa yang ada dalam rinduku? Seekor kutu? Seonggok kayu? Sebutir batu? Aku tetap berjalan dalam sayu.

Ruangan kosong itu berantakan meskipun tanpa benda. Sssttt! Diamlah! Aku sedang merayu kamu yang berlari mengenakan kacamata kudamu. Kamu memang gila. Kamu berlari tanpa busana, dan aku melihatmu, meskipun sayu.

Kacamata kuda, telanjang. Apa lagi? Apalah semua itu kalau mataku sayu. Jika kamu mau tahu, aku sudah mengalahkan segala musuh jahatmu sehingga hanya kamu yang berlari, dan aku yakin kamu tidaklah kesepian karena ada aku.

Kini kamu menghampiriku dengan menggenggam sebilah pisau di tangan kananmu, dan sebatang obor di tangan kirimu. Aku pun menyerahkan diriku untuk maju mendekatimu tanpa aku tahu kalau kamu hanya ingin membinasakanku. Mataku sayu. Aku tidak peduli apapun selain melihat dengan apa adanya saja. Pikiranku kosong dan aku merelakan diri tanpa mengelak.

Apakah kamu mau menyantapku? Itu lebih baik daripada kamu membinasakanku.

Namun semua itu terjawab dengan mudah ketika kamu mulai menyayati pergelangan tanganku. Aku tidak kunjung mati. Apakah kamu kesal? Aku tidak mati. Kamu pun mulai membelaikan api yang menyambar-nyambar di pucuk obormu ke sekujur tubuhku hingga aku berteriak agar sekalian saja kamu memandikanku dalam genangan api neraka.

Kamu tidak pernah menyerah kalau itu untuk menyingkirkanku. Untuk membinasakanku. Tapi aku berada dalam nista, dan mataku sayu. Aku teler. Kamu bodoh. Aku hanya menyingkirkan deritaku namun tidak diriku. Sayu, aku tidak pernah berpikir dan merasa lagi. Rayuanku kepadamu hanyalah pementasan dramaku, sekarang. Apa kamu pernah berpikir? Kamu itu bodoh. Aku sayu. Aku teler. Aku tidak mengikutimu berlari. Aku mengawasimu berlari bagaikan kamera yang sedang mengambil gambarmu. Semoga kamu tidak meletakkan hatimu di tempat yang terlalu tinggi karena kini aku berjalan dalam sayu.


Catatan: Dilarang keras untuk COPAS!

Semarang, 10 Maret 2015
ELISABETH DYAH AYU CINTAMI WISNUGROHO

No comments:

Post a Comment

Feel free to give me your opinion :D