Friday, September 2, 2011

"Dia" Bagian Dariku


 Just an Fiction Story

Brenda adalah seorang gadis kecil. Dia seorang yang sangat manis, cantik dan ceria. Namun itu semua harus hilang untuk sesaat, karena dia harus merasakan gelapnya dunia ini, tanpa cahaya yang mampu menembus kornea matanya. Segalanya menjadi gelap dan hitam baginya. Setelah sebuah kecelakaan menimpanya, semua warna dan cahaya tidak lagi bisa dilihatnya. Bagi Brenda, hal ini sangat menyedihkan.
Namun, seorang dokter yang menangani Brenda menyampaikan bahwa ‘ada seorang yang akan mendonorkan matanya setelah orang itu meninggal nantinya’. Brenda dan orang tuanya menurut saja. Sehingga Brenda dirawat di rumah sakit untuk menunggu donor mata tersebut.
Selama beberapa hari Brenda dirawat di rumah sakit, dia merasakan bahwa ada seseorang yang selalu berada di sekitarnya. Dan orang itu pasti memperhatikannya.
Suatu hari seorang perawat mengajak Brenda untuk keluar kamar dan dia meninggalkan Brenda duduk sendirian di bangku taman. Sesaat kemudian, seseorang pemuda datang dan mengajak Brenda berbicara.
Brenda merasa nyaman ketika berbicara dengan pemuda itu, walau dia sendiri tidak mengetahui nama pemuda itu. Brenda dan pemuda yang ternyata sama-sama pasien itu semakin hari semakin akrab saja. Mereka selalu bertukar pikiran, meluapkan isi hati satu sama lain.
Beberapa hari kemudian,Brenda mendapatkan kabar baik. Bahwa dia mendapatkan donor mata. Namun kabar baik itu terasa bukanlah kabar yang baik. Perasaannya tidak enak. Dan ketika Brenda bertanya siapa yang bersedia mendonorkan mata untuknya, tidak satupun mau menjawab. Orang tua Brenda juga tidak mau memberi tahu hal itu. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan.
Mata Brenda dioperasi, dan ia dapat melihat lagi. Namun, siapa pendonor mata itu belum diketahui. Kata dokter yang menangani, orang itu tidak ingin imbalan apapun. Sungguh mulia sikap pendonor itu.
Brenda juga masih penasaran dengan pemuda yang sering mengajaknya bicara, dan menjadi sahabatnya selama di rumah sakit itu. Namun, ketika Brenda masuk ke kamar laki-laki itu, yang dia dapati hanya kamar kosong, dan ketika dia bertanya dimana penghuni kamar itu, semua menjawab bahwa dia sudah pulang. Brenda merasakan bahwa laki-laki itu masih dekat dengannya entah mengapa.
Tiga tahun berlalu, kini Brenda berusia limabelas tahun dan duduk di bangku kelas sepuluh SMA. Brenda sudah melupakan kejadian tiga tahun yang lalu. Sekarang dia hanya memikirkan kehidupannya kedepan dan dia tidak mau mengingat masa lalunya.
Suatu hari, ketika Brenda sedang berada di taman luar sekolahnya, dia bertemu dengan seorang pemuda buta yang bisa menebak semua hal tentangnya. Pemuda itu bernama Morgan. Dia adalah seorang yang tampan, ramah dan membuat Brenda nyaman ketika berada disisinya.
Walaupun sebatas teman berbicara, Morgan telah membuat Brenda bahagia dengan sifatnya yang ramah dan bersedia mendengarkan seluruh isi hati Brenda.
Sebenarnya Brenda sudah memiliki seorang kekasih yang bernama Dicky. Salah satu siswa populer di sekolah. Namun ternyata Dicky memiliki seorang gadis lain yang dia cintai. Nama gadis itu adalah Maurice, seorang model yang cantik dan pintar. Dan hal tersebut telah diketahui oleh Brenda. Sehingga dia memutuskan untuk berpisah dari Dicky.
Setelah Brenda tidak lagi menjadi kekasih Dicky, dia menjadi seorang yang murung. Mungkin rasa cinta masih ada dalam hatinya. Tetapi, ketika gundah itu menyelimutinya, ada Morgan yang dapat merobek selimut kelam kesedihan tersebut. Seolah dia memang datang hanya untuk menghibur Brenda.
Suatu ketika, Brenda harus benar-benar bersedih ketika dia harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya harus berpisah. Tanpa ia ketahui apa masalah dibalik berpisahnya kedua orang tuanya itu. Seakan kesedihan lebih dalam dan kelam menyelimuti Brenda.
Dan tentunya ada Morgan yang mau mendengarkan segala keluh resah Brenda. Dialah sahabat terbaik brenda, walaupun tak seorangpun selain dirinya yang mengenal Morgan. Bahkan tak segan-segan Brenda memeluk Morgan hanya untuk menumpahkan air matanya.
Walaupun Morgan seorang yang buta dan tidak melihat apa yang terjadi di dalam kehidupan Brenda, ia dapat menebak semua cerita Brenda itu. Seakan dia melihat langsung kejadian yang dialami Brenda.
Di akhir tahun, sekolah Brenda mengadakan acara malam dansa. Setiap siswa harus datang dan membawa pasangan. Brenda yang telah berpisah dari kekasihnya menjadi bingung. Ia tidak tau harus berdansa dengan siapa nantinya.
Brenda juga sempat mengajak Morgan, namun Morgan menolak hal tersebut. Dia meyakinkan kepada Brenda, bahwa ketika acara malam dansa itu dimulai, ia akan mendapatkan pasangannya. Dan pasangan Brenda itu adalah seorang pengagum rahasianya dan cinta sejatinya.
Ketika acara malam dansa berlangsung, Brenda kebingungan. Dia tidak tahu harus bagaimana dan memutuskan untuk duduk saja. Tiba-tiba seorang laki-laki mendatanginya, ternyata dia adalah Rafael, kakak Dicky. Tanpa disangka, Rafael mengajak Brenda untuk berdansa. Apakah benar kata Morgan? Apakah benar Rafael adalah pengagum rahasia itu?
Musik berputar, Brenda dan Rafael berdansa dengan perlahan. Mereka sangat menikmati malam itu. Dansa yang menghanyutkan membuat Rafael memberikan sebuah kecupan hangat di kening Brenda, dan sebuah pernyataan cinta terlontar dari mulutnya. Memang sungguh benar apa yang dikatakan Morgan. Brenda dan Rafael menjadi sepasang kekasih. Benar-benar malam yang indah.
Keesokan harinya, Brenda mendapati secarik surat disamping bantalnya. Nama pengirimnya adalah Morgan. Hal ini sungguh-sungguh membingungkan. Di dalam surat itu Morgan menuliskan pesan agar Brenda datang ke rumahnya. Disitu juga tertulis sebuah alamat.
Brenda berangkat menuju ke alamat itu. Dia juga penasaran dengan Morgan dan ingin mengenal Morgan lebih dalam.
Sesampainya di alamat itu, Brenda melihat sebuah rumah sederhana namun sungguh indah dengan tanaman dan bunga-bunga yang tertata rapi. Di halaman rumah itu ada seorang wanita paruh baya yang sedang menyirami tanaman. Brenda pun menghampirinya.
Ternyata wanita itu adalah ibu dari Morgan, wanita itu terlihat sangat kebingungan ketika Brenda bertanya mengenai putranya. Dan sepertinya wanita itu tidak percaya kalau Brenda dan Morgan berteman dekat selama beberapa waktu ini, bahkan wanita itu berkata bahwa Morgan tidak buta. Terjadi suatu kesalahan disini. Entahlah.
Setelah bercerita panjang lebar, akhirnya wanita itu menceritakan kejadian sesungguhnya. Kenyataan pahit yang sangat mengejutkan Brenda. Wanita itu berkata bahwa sebenarnya Morgan sudah meninggal tiga tahun yang lalu karena sakit. Wanita itu juga berceriita ketika Morgan akan meninggal, dia berpesan agar matanya didonorkan kepada seorang anak perempuan buta yang pernah ia temui di taman. Ternyata anak perempuan itu adalah Brenda.
Suasana menjadi sangat hening, lalu wanita itu mengajak Brenda untuk pergi ke makam Morgan. Dan disana Brenda hanya diam, air matanya menetes. Mengingat beberapa hari yang lalu ia dan Morgan duduk di taman luar sekolah dan senyuman yang selalu diberikan Morgan untuknya. Namun semua itu seperti hanya ilusi, atau mungkin karena mata Morgan lah yang membuat Brenda bisa melihat sosok sahabat sebaik Morgan? Sepertinya memang begitu.