Sunday, December 11, 2011

I Heart You My Shadow Bestfriend (part 2)


I Heart You My Shadow Bestfriend (part 2)
-Extended Version-
Setelah Octha selesai dengan hukuman si ketua OSIS itu, dia kembali duduk. Octha bertanya kepada teman di sebelahnya yang bernama Chacha dengan berbisik,
 'Hei Cha, si ketua OSIS belagu itu namanya siapa sih?',
'Hush! Lo itu mesti ati-ati kalo ngomong tentang dia.'
'Ih, gue tanya namanya!'
'Iya iya, namanya Morgan.'
'Heh?' kata Octha keras sekali sehingga si Ketua OSIS (Morgan) mendengarnya,
'Eh, lo anak kecil! Nggak kapok ya. Bacot terus! Tadi bengong. Sekarang bacot mulu!'
'Eh, lo itu ketua OSIS. Galak amat sih. Nggak laku yak?'
'Berani banget sih lo. Gue bukannya galak. Tapi disiplin.'
'Terserah. Pokonya menurut gue, lo itu galak.'
'Eh. Diem lo!'
'Oke, oke gue diem.' Octha mengalah,
'Ya. Diem aja. Cewe nyebelin. Dasar.'
Octha diam saja namun dia kesal sekali,

***

 Sewaktu istirahat Octha dan Chacha berjalan menuju toilet. Namun dia merasa ada seseorang mengikutinya.
'Cha, ada orang ya dibelakang kita?'
'Nggak. Perasaan lo aja kalik.'
'Iya ya. Ya udah deh.'
Octha berjalan saja menuju toilet.

***
 Sepulang sekolah Octha pulang sendiri, lagi-lagi tidak bersama Rangga, karena Rangga punya banyak urusan.
Octha bertemu Ilham di depan gerbang sekolah...
‘Hei Octha! Pulang sendiri?'
'Eh Ilham, iya nih.'
'Bareng aku aja. Kita searah kan?'
'Oh, iya. Boleh deh.'
Lalu Octha dan Ilham naik bus bersama.
 Di dalam bus Octha duduk disebelah Ilham dan ngobrol panjang lebar. Dibelakang bangku mereka, ada bangku yang kosong, namun entah mengapa seperti ada seseorang yang duduk disana. Octha hanya diam saja dan tidak peduli.
***
 MOS telah berlalu, Octha banyak mengenal teman baru di SMA. Namun seseorang yang paling dianggap misterius adalah Bisma, dia bukan siswa di sekolah Octha, tapi dia sangat penasaran dengan Bisma.
***
 Pagi hari, di hari Minggu yang cerah, Octha hanya sendirian di rumah, keluarganya memiliki acara dan urusan masing-masing, sementara dia hanya di rumah. Lingkungan sekitar rumahnya juga sangat sepi entah mengapa.
 Tiba-tiba Octha mendengar suara gitar dari depan rumahnya...
'Wah, ada pengamen kalik di depan.' Kata Octha dalam hati.
 Octha memutuskan untuk melihatnya langsung. Dia berjalan menuju pintu gerbang rumahnya. Dia melihat seorang laki-laki yang duduk bersandar di gerbang rumahnya dan sedang memainkan gitar sambil menyanyikan sebuah lagu, namun kurang jelas.
Octha menepuk pundak laki-laki itu...
'Plak!!!'
'Eh!' kata laki-laki itu, dia terkejut.
Lalu dia menghadap kearah Octha, dan terkejutlah Octha, karena ternyata dia Bisma.
'Bisma? Ngapain lo disini?'
'Nggak pa-pa kok. Cuma jalan-jalan aja. Nah, lo sendiri?'
'Ini kan rumah gue.'
'Oh. Maaf, gue nggak tau.'
'Emang rumah lo deket sini ya?'
'Enggak juga sih. Gue suka kelayapan sendiri aja. Eh, tau-tau udah nyampe depan rumah lo.'
'Sambil bawa gitar?'
'He'em. Udah kebiasaan gue sih.'
'Masuk yuk.'
'Hah? Serius lo?'
'Iya, serius.'
Lalu Octha dan Bisma masuk ke dalam rumah.
 Octha membuatkan secangkir teh dan menyiapkan banyak sekali cemilan untuk Bisma. Dia dan Bisma mengobrol panjang lebar, mulai dari waktu pertama kali mereka bertemu sampai waktu Octha dibentak ketua OSIS, dsb.
Octha dan Bisma akhirnya bersahabat.
***
Octha berangkat sekolah, diantar Rangga kakaknya. Hari ini pertama kali pelajaran dimulai. Hari ini dia sangat ceria dan bersemangat.
 Sesampainya disekolah Octha turun dari motor dan bergegas menghampiri Chacha yang sedang berdiri di hall...
'Kak Rangga, aku duluan yak!' teriaknya bersemangat,
'Ya!' jawab Rangga,
 Saat Octha sedang berjalan menuju kelas bersama Chacha, tiba-tiba seseorang menabrakmu.
'Aaw!' teriak Octha, dia terjatuh,
'Lo?' tanya orang itu,
Perlahan Octha memperhatikan orang yang menabraknya itu...
'Eh, Pak Ketua OSIS...' kata Octha konyol,
'Pak... Pak... Emang gue bapak lo?' tanya Morgan,
'Iya, kakak Ketua OSIS.'
'Eh, emangnya gue kakak lo?'
'Lhoo, iki salah, iku salah. Opo to karep'e?' tanya Octha tambah konyol,
'Ngomong apa lo?'
'Ih, jangan jutek-jutek gitu dong. Nggak pantes tauk.' godanya,
'Nggak usah banyak bacot lo!' jawab Morgan.
'Eh Tha. Masuk kelas yuk. Ntar ada apa-apa lagi...' ajak Chacha,
'Iya nih. Permisi kakak Ketua OSIS...' kata Octha sok imut, lalu berjalan menuju kelas.
'Dasar adek kelas nggak jelas.' gumam Morgan.
 Octha sangat santai sewaktu bertemu Morgan, si ketua OSIS yang pernah memarahinya itu dan membuat Chacha heran...
'Eh,Tha. Lo itu nggak takut apa sama si Morgan?'
'Ya enggak lah. Gue sih takut sama Tuhan. Sebagai manusia yang telah diciptakan-Nya... Blablablabla...' Octha malah berpidato,
'Stooop! Octha. Bukan itu maksud gue, tapi kok lo berani sok godain dia. Tapi lucu juga sih.'
'Nggak perlu takut, kakak gue kan seangkatan sama dia. So, gue bisa minta pembelaan dari kakak gue.'
'Pembelaan? Emangnya pengacara apa gimana?'
'Pengangguran banyak acara paling. Hahaha...' Octha dan Chacha tertawa saja.

--- tiba2 bel pelajaran berbunyi ---

 Seorang guru masuk ke kelas, tampaknya masih muda, dia memperkenalkan dirinya...
'Selamat pagi anak-anak.' sapa guru itu,
'Pagi pak...'
'Perkenalkan, nama saya Rafael. Saya guru Biologi kalian.'
Selama Pak Rafael, guru Biologi itu memperkenalkan diri, Chacha hanya melamun dan memperhatikan Pak Rafael...
'Eh! Bengong aja!' kata Octha kepada Chacha, mengusik lamunan Chacha,
'Apa? Apa?' tanya Chacha kaget,
'Ngapain liatin Pak Guru biologi itu?'
'Enggak, siapa yang liatin dia?'
'Lo lah, siapa lagi.'
'Enggak, gue cuma ngantuk.'
'Iya yah. Tuh, lo ngiler!'
'Eh...' Chacha kaget, lalu dia mengusap bibirnya,
'Hahaha...' Octha ketawa.
'Siapa yang mengobrol saja? Saya dengar ada dua anak perempuan ngobrol saja.' tanya Pak Rafael,
lalu serempak, satu kelas memperhatikan Octha dan Chacha, mereka hanya tersenyum, lalu kembali memperhatikan pelajaran biologi tentang ‘Biologi Sebagai Ilmu’ itu.
***
Setelah pelajaran biologi selesai, Chacha dengan anehnya membuntuti Pak Rafael keluar kelas, Octha yang penasaran jadi membuntuti Chacha. Dia merasakan sesuatu yang aneh terjadi dengan Chacha, 'Jangan-jangan Chacha salah minum obat apa gimana yak?' gumam Octha.
 Dari kejauhan Octha perhatikan Chacha. Ternyata dia cari perhatian dari Pak Rafael.
___ Chacha berpura-pura menabrak Pak Rafael.___
'Aduh...' kata Chacha,
'Aduh, kalau jalan lihat-lihat dong.' kata Pak Rafael,
'Ma-maaf Pak.'
'Ehm, nggak pa-pa kok. Lho kamu siswa kelas 10 D kan?'
'Iya Pak.'
'Kenapa keluyuran?'
'Mau ke toilet Pak.'
'Lho! Toilet kan kearah sana.' kata Pak Rafael sambil menunjuk arah berlawanan,
'Oh, iya Pak. Ma-maaf saya lu-lupa.'
'Ya sudah. Tapi jangan keluyuran begitu ya.'
'I-iya Pak. Maka-sih.'
'Sama-sama.'
Lalu Chacha berbalik menuju kelas. Octha tertawa terbahak-bahak melihat Chacha yang mukanya merah karena malu.
'Huahahahahahahahaha...'
Chacha yang melihat Octha tertawa langsung menghampirinya...
'Eh. Lo liat ya?'
'Iya... Hahaha... PDKT sama guru nih ye,...'
'Enggak.'
'Nggak usah muna!'
'Emang Munaroh pa apa?'
'Halah! ngeles lo! Toilet tuh disana!' kata Octha sambil menunjuk arah toilet,
'Namanya juga anak baru, lupa kan wajar.'
'Gue anak baru juga. Tapi nggak lupa tuh. Wehehehehe...'
'Ah, lo ketawa mulu. Masuk yuk!'
'Nggak jadi ke toilet nih?'
'Nggak! Nggak jadi.'
'Kena deh...'
'Cerewet bener sih lo!' kata Chacha sambil menggeret Octha masuk kelas.
***
 Saat istirahat Octha hanya sendirian. Dia iseng, dan nekat keluar sekolah. Dia duduk dibawah pohon besar. Lalu terdengar suara yang sudah tidak asing ditelinganya...
'Hai.'
Lalu Octha memalingkan wajahnya ke arah suara itu berasal.
Ternyata itu Bisma...
'Bisma?'
'Hei... Kita ketemu lagi disini.'
'Hahaha, iya.'
'Gimana rasanya sekolah disini.'
'Ehm, belom tau. Masih baru aja mulai pelajaran.'
'Oh iya. Hehehe.'
'Ngomong-ngomong. Lo mau maen ke rumah gue lagi nggak?'
'Iya deh. Kapan-kapan aja kalo ada waktu.'
'Gue seneng lho bisa ngobrol sama lo.'
'Akh, masa sih?'
'Yah, nggak percaya nih?'
'Oke deh gue percaya.'
'Eh, gue boleh nggak curhat sama lo?'
'Boleh.'
'Eh, masa ya. Ada ketua OSIS yang galaknya, juteknya minta ampun...'
'Oh, si Morgan.'
'Lah, kok tau?'
'Ya, kan gue sering nongkrong disini.'
'Oh gitu. Emangnya dia galak sadis ya.'
'Enggak sih, cuma sok galak aja. Tenang aja. Ntar lama-lama dia bakal berubah kok.'
'Iya ya. Sok galak aja kalik tuh anak. Hahaha...'
--- tiba2 bel masuk kelas berbunyi ---

Saat Octha masuk ke dalam sekolah, dia melihat kerumunan siswa berdiri di depan kelas 10 A. Octha sangat penasaran, dia menerobos gerombolan siswa itu dan kebetulan ada Chacha disitu. Octha pun bertanya...
'Ada apa Cha?'
'Itu. Ada yang pingsan.'
'Siapa?'
'Anak 10 A.'
'Iya, gue tau. Siapa namanya?'
'Ilham.'
'Hah? Apa?' Octha terkejut dan langsung menuju ke tengah-tengah gerombolan siswa itu.
Dan benar saja, Octha mendapati Ilham pingsan. Lalu siswa laki2 mengangkat Ilham dan membawanya ke UKS.
 Entah mengapa Octha khawatir sekali dengan Ilham. Dan dia memutuskan untuk menunggui Ilham di UKS.
 Setelah limabelas menit, Ilham sadar. Dia terlihat sangat lemah. Wajahnya masih pucat...
'A-aku dimana?' tanya Ilham pelan dan terdengar lirih,
'Kamu di UKS.'
'Octha? Kok ka-kamu disini?'
'Aku lihat kamu pingsan. Temen-temen kamu yang bawa kamu kesini. Tapi aku yang nungguin kamu.'
'Makasih ya Tha.'
'Kamu nggak enak badan ya?'
'Iya. Mungkin aku kecapekan.'
'Ehm, mau istirahat dulu apa langsung masuk kelas?'
'Langsung masuk aja. Nggak enak kalo lama-lama disini.'
Lalu Octha mengantar Ilham memasuki kelasnya.
 Ketika Octha kembali ke kelasnya. Guru yang mengajar saat itu terlihat sangat marah...
'Heh kamu !'
'I-iya bu.'
'Kenapa terlambat?'
'Tadi sa-saya nungguin temen di UKS.'
'Yang pingsan tadi itu?'
'I-iya bu.'
'Ya sudah. Duduk sana!'
'Ma-makasih bu.' lalu Octha langsung duduk di bangkunya.
 Sepulang sekolah, Octha bertemu Ilham.  wajah Ilham masih pucat dan sepertinya dia masih sakit. Octha pun memutuskan untuk menghampiri Ilham...
'Hai Ilham. Kamu masih sakit?' tanya Octha,
'Udah nggak pa-pa kok.'
'Bohong.'
'Enggak! Beneran lagi.'
'Wajah kamu masih pucat.'
'Perasaan kamu aja kalik.'
'Ya udah lupakan. Kamu pulang sendiri?'
'Enggak. Aku pulang bareng abangku.'
'Oh, hati-hati ya.'
'Iya.'
'Aku pulang duluan ya.' lalu kamu pulang.
***
 Entah mengapa Octha tidak bisa berhenti memikirkan Ilham, seperti ada sesuatu yang lain dari diri Ilham. Dan ada yang dia sembunyikan dari Octha.
 Octha pun tidak peduli. Dan dia memutuskan untuk tidur saja.
 Saat Octha sedang bersantai di dalam kamar dan mencoba untuk tidur, tiba-tiba Rangga masuk ke kamarnya...
'Dek. Adeknya si Reza, temen kakak sakit. Kak Rangga mau jenguk dia. Kamu ikut nggak?' tanya Rangga,
'Adeknya kak Reza? Siapa kak?' Tanya Octha kembali.
Rangga terdiam sejenak, dari wajahnya sepertinya sangat kacau dan membuat Octha penasaran...
'Siapa kak?' tanya Octha,
'Itu. Si... Aduh aku lupa namanya...'
'Gubraaakkk!!!'
'Hehehe... Sorry. Siapa ya? Kamu kenal nggak?'
'Ya elah, malah balik tanya.'
'Bentar, kak Rangga inget-inget dulu.'
'Jangan lama-lama kak, ntar keburu ngiler!'
'Iye... Sabar!'
'Siapa???'
'Oh... Ehmm... I...'
'Siapa?'
'I... Iya. Si Ilham. Itu lho yang nyelametin kamu pas kamu nyaris ditabrak mobil.'
'Ilham kak? Serius kak?'
'Iya. Emang kenapa?'
'Pokoknya aku harus ikut!!!'
'Ya udah. Ayo!!!'
Lalu Octha berangkat ke rumah sakit untuk menjenguk Ilham.
Sesampainya di rumah sakit, Octha dan Rangga langsung menuju kamar Ilham.
 Di depan kamar Ilham, Octha merasakan sesuatu hal yang sangat menggelisahkan. Dia sangat sedih entah mengapa. Nyaris saja air mata menetes. Tanpa disengaja Rangga melihatnya yang nyaris menangis itu...
'Dek, kamu kok sampe mau nangis gitu?' Tanya Rangga,
'Nggak kok kak. Cuman ngantuk.'
'Bohong! Kamu mau nangis kan? Hayooo...' goda Rangga,
'Enggak kak! Beneran aku nggak nangis.'
'Ya udah, masuk yuk.'
 Di dalam kamar Ilham, Octha melihatnya terbaring lemas, wajahnya pucat sekali. Dia hanya ditemani Reza, kakaknya yang sekarang ini sedang ngobrol dengan Rangga. Octha mengajak Ilham bicara...
'Ilham, kamu kenapa?' tanya Octha,
'Ehm, eng-enggak kenapa-kenapa kok.'
'Bohong! Kamu aja sampe masuk rumah sakit gini.'
'Cuma kecapekan aja kok. Beneran!'
'Kamu kok kayaknya bener-bener nggak cuma kecapekan deh.'
'Itu perasaan kamu aja kalik. Hehe...'
'Ih. Jangan remehin kondisi kamu ya.'
'Kamu kok perhatian sama aku sih?'
'Nggak tau juga. Haha... Mungkin karena kamu yang nyelametin aku kalik ya.'
'Yah... Itu kan biasa aja.'
'Seterusnya aku nggak tau, Ham.'
'Kamu naksir aku ya...'
Tiba-tiba Octha merasakan sesuatu yang aneh datang di dalam dirinya,
'Eh, ke ge-er'an kamu ini!' jawab Octha dengan nada gengsi,
'Nggak juga. Hahaha...'
'Ge-er itu...'
'Yah, terserahlah!'
'Ngalah nih?'
'Uuuhhh...'
Octha dan Ilham bercanda terus. Tiba-tiba Rangga menghampirinya, dia mengajaknya pulang. Lalu Octha pulang ke rumah.
Dalam perjalanan...
'Kak. Ilham tuh sakit apa sih?' tanya Octha ke Rangga,
'Lho, kamu kan yang ngobrol terus sama Ilham, masa nggak tau.'
'Dia bilang cuma kecapekan. Tapi aku nggak percaya. Tadi kan kakak ngobrol sama abangnya.'
'Yah, Reza itu ngundang kakak cuma buat nemenin dia ngobrol. Soalnya dia itu jagain Ilham sendirian.'
'Ya ampun. Kirain apa...'
'Kak Rangga mah ga kenal sama Ilham. Hehehe.'
'Uh. Dasar serangga.'
'Eh... Adek kecil... Eh, ngomong-ngomong kamu sama Ilham kayak orang pacaran.'
'Enggak akh.'
'Ih, ngaku deh...'
'Udah diem aja kak. Di jalan raya nggak boleh banyak ngobrol. Konsen nyetir motornya tuh. Ntar nabrak lagi.'
'Cieee... Ngeles nih.'
   ***
--- Ilham’s Side ---
'Jangan sampe Octha tau apa yang sebenarnya terjadi sama aku.' kata Ilham dalam hati, dia memang benar-benar menyembunyikan sesuatu dari Octha.

---Octha’s side---
 Hari sudah sangat malam, tapi Octha nggak bisa tidur. Dia tidak berhenti memikirkan Ilham. Tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamarmu dari luar.
'Tok... Tok... Tok...'
Kebetulan kamar Octha berada di samping, di lantai 1.
Pelan-pelan Octha mendekati jendela kamar dengan rasa takut.

(To Be Continue)
Kira2 siapa ya???
likenya dong !!!