Photo by Elisabeth Cintami |
KATA
Di
sebuah balkon kampus, sore hari...
“A. A. Apa. Apa?” Kali ini Karin
pusing sekali. Hanya untuk membaca kata “apa” saja seperti sedang membaca rumus
matematika. Namun rasa pusing itu tidak sebanding dengan rasa hancur di hatinya
setelah dokter mengatakan bahwa dirinya menderita disleksia setelah mengalami
benturan keras di kepalanya karena dipukuli oleh beberapa senior di kampusnya.
Sekarang Karin tidak bisa
membaca seperti dulu lagi. Prestasinya yang gemilang dulu seperti sia-sia
belaka. Ia sudah tidak lagi sanggup menerima keadaannya yang sekarang.