Friday, July 11, 2014

Besties (Chapter 2)

Cold

Elle’s POV
               
 Sssshhh...
              
 Aku terbangun seketika. Aku mendengar suara desisan. Sepertinya ada seseorang yang sedang sangat kesakitan. Tapi siapa? Aku mencoba melihat jam dinding di depanku, dan sekarang masih pukul empat pagi. Tiba-tiba firasatku tertuju kepada kakak laki-lakiku, Kellin. Aku mendengar suara itu dari kamarnya. Seketika aku bergegas menuju kamarnya yang berada disebelah kamarku.
               
 “Kellin...” Aku mengetuk pintu kamarnya, namun tidak ada jawaban.
               
 “Kells... Buka pintunya!” Aku mengetuk pintu kamar itu lebih keras lagi, dan sekali lagi, tidak ada jawaban. Aku mencoba membuka pintunya yang ternyata tidak dikunci, dan benar saja aku melihat Kellin terjatuh di samping ranjangnya. Ia meringkuk dan gemetaran. Aku pun menghampirinya.
               
 “Apa yang terjadi?” tanyaku.
               
 “Ss-sakit.” Jawabnya pelan. Tubuhnya panas sekali, dan ia tidak bisa berdiri. Aku langsung berlari menuju kamar kedua orang tua angkatku, lalu mengetuk pintu kamar mereka sekeras mungkin. Aku sangat panik dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.
               
 “Ibu.. ayah...!” Panggilku.
                 
Kamar mereka terkunci, dan aku tidak bisa masuk dengan mudah. Sepertinya belum ada tanggapan2 dari mereka. Aku semakin panik dan berteriak semakin keras.
                 
“Ibu...! Ayah...!”
              
Lalu seseorang membuka pintu kamar itu.
                 
“Ayah!” Sambutku sambil meraih tangan ayah angkatku itu dan menariknya untuk segera menuju ke kamar Kellin.
                
 “Ada apa sayang?” tanya ayah.
                 
“Kellin! Dia sakit, Yah!” Jawabku.
                 
Ayah pun langsung menghampiri Kellin di kamarnya, dan kulihat ia langsung membawa Kellin keluar kamar dengan menggendong badannya yang cukup kecil di usianya yang sudah dua belas tahun itu. Ibu menyusul dan memeriksa keadaan kakakku. Setelah itu kami berangkat ke rumah sakit terdekat.

***
                 
Dokter sedang melakukan berbagai pemeriksaan terhadap Kellin. Aku takut ini akan menjadi sesuatu yang buruk, apalagi ketika dokter itu mengatakan bahwa saudaraku itu harus dirawat beberapa hari di rumah sakit ini. Aku hanya berharap bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi.
                 
Hari ini aku tidak berangkat sekolah karena kejadian yang sangat mengejutkanku ini. Aku masih ngantuk dan sekarang aku lapar. Ayah mengajakku ke kafetaria rumah sakit itu dan kami makan bersama. Ibu tidak mau ikut karena ia sangat panik dan cemas. Sebenarnya selera makan ayah terlihat buruk kali ini, akan tetapi ketika aku bertanya kenapa, ia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa tidak ada apa-apa.
                
Setelah aku dan ayah selesai makan, kami langsung menuju ke ICU karena Kellin sudah dibawa kesana. Aku melihat ibu menangis. Ia duduk di bangku panjang di lorong dekat ICU.
                 
“Apa yang terjadi, Bu?” tanyaku.
                 
“Oh sayang, semuanya akan baik-baik saja.” Ibu memelukku. Seketika aku rindu pelukan ibu kandungku yang sudah lama tidak kurasakan, aku mulai menangis.
                 
“Kellin sakit apa?”
                 
“Dokter belum memastikan.” Lalu ibu tersenyum dan menatapku dengan hangat.
                 
Beberapa menit kemudian, dokter mengajak kami ke ruangannya yang berada sedikit jauh dari ICU. Raut wajahnya sangat serius, dan menurutku ini akan sangat buruk. Dokter itu memulai dari hasil pemeriksaannya, mulai dari analisis gejala, MRI, tes darah dan sebagainya. Lalu wajah dokter itu semakin terlihat menyesal sekali, apalagi dengan hasil diagnosanya yang menunjukkan bahwa Kellin menderita leukemia stadium awal.
                 
Dokter mengatakan bahwa dengan keadaan itu, Kellin masih bisa baik-baik saja dengan melakukan kemoterapi. Akan tetapi, aku mengenal seorang  yang juga menderita leukemia, dan kebetulan satu kelas denganku di kelas empat dulu. Buruk sekali dan aku tidak mau menceritakannya. Kali ini aku hanya bisa memeluk ibu angkatku yang mulai menangis. Aku hanya merasakan kedinginan dalam tubuhku. Aku tidak mau kehilangan sahabatku.



Next for CHAPTER 3 - The Untold Story

No comments:

Post a Comment

Feel free to give me your opinion :D