Sunday, June 12, 2011

I'm Your OLLG 3

I’m Your OLLG 3
_Unchangeable Love, He’s a Psychopath_
Aku seneng banget, mama sama papa sudah ngerti maksud aku. Mereka sudah setuju kalo aku itu jadian sama Justin. Dan secara otomatis Dan yang katanya mau dijodohin sama aku pulang ke London. Senangnya rasa hati.
Aku dan Justin menjalani hari seperti biasa. Dia semakin hari semakin romantis. Beda banget dari Justin yang dulu. Yah, inilah cinta yang terungkap.
Hari ini Justin manggung di sebuah acara dan seperti biasa aku nemenin dia manggung. Hari ini mungkin sedikit berbeda. Justin mengajak cewe lain buat jadi One Less Lonely Girlnya. Aku jealous banget. Aku nggak bisa nyembunyiin kecemburuanku ini.
Setelah Justin turun dari panggung dia menghampiriku, aku menghindar dan berpura-pura nggak lihat. “Cha! Babe! Kenapa kamu ngehindar sih?”, “Cari tau sendiri aja sana!”, “Eh, kok galak amat sih?”, “Tauk”, lalu aku pergi. Justin mengejarku.
Aku lari sampe jalan raya, tiba-tiba ‘tiiinnnnnnnnnnnn’, aku nggak sadar. Aku sudah sampe pinggir jalan sama Justin dan dia memelukku. “Ada apa sih Ntin?”, “Babe, kamu ngga lihat ya? Tadi kamu nyaris ditabrak mobil.” Justin berbicara dengan nada yang pelan dan sedikit gemetaran. “Ntin, kamu nggak pa-pa kan?”, “Ya, I’m OK.”. aku dan Justin kembali ke backstage acara tadi. Kayaknya Justin masih shock gara-gara nyelametin aku. Aduh, aku merasa bersalah nih.
Aku memberi segelas air putih buat Justin, “Diminum ya babe.” Aduh aku malah jadi ngerasa bersalah kayak gini sih? Aku nggak jadi ngambek deh, kasihan Ntin. “Kamu kenapa sih Cha sampe lari keluar segala?”, “Abis kamu sih. Maksudnya kamu ngajak cewe lain jadi OLLG itu apa?”, “Aduh, maaf ya babe, aku belum bilang sama kamu. Kalo aku nyanyiin lagu One Less Lonely Girl itu ngajak cewe naik kan. Dan cewenya kan bukan cuma kamu. Kamu jealous ya?”, “Ya iyalah jealous, makannya ngomong dulu dong sama aku!”, “Iya, iya. Jangan marah dong, aku nyaris mati tauk!”, “Iya, iya Ntin sayang. Makasih banget ya sudah nyelametin aku. Tapi besok ngomong dulu kalo mau ngajak cewe lain!”, “Oke, asal kamu tau. Kamu itu One Less Lonely Girlku, Favorite Girlku. Forever, unchangeable deh.”, “Ih, bisa aja.”, “O ya, tadi kan aku sudah nyelametin kamu. Sekarang aku jadi laper nih.”, “Kamu minta traktir ya?”, “Iya dong.”
Aku dan Justin makan siang di restoran yang dulu tempat Justin ngajak aku waktu kami masih musuhan. Aku traktir dia makan dan sekalian makan siang. “Sering-sering aja babe, nyaris ketabrak. Nanti aku bisa dapet traktiran terus dari kamu.”, “Ntar kalo ketabrak beneran gimana?”, “Aduh, jangan sampe deh, ntar nggak ada yang nraktir aku lagi dong.”, “Akh, kamu sama aku cuman minta traktiran? Nggak modal banget ih!”, “Biarin.”, “Uh, kamu nggak sayang ya sama aku?”, “Nggak gitu Cha. Aku tuh sayang, cinta banget sama kamu!”
Hari baru datang lagi, kemarin kejadian yang menggetarkan buat aku. Aduh maksudnya apa gitu?
Hari ini ada murid baru, namanya Cody. Kebetulan dia masuk kelasku dan Justin. Dia memperkenalkan diri di depan, sementara itu Justin berbisik padaku, “Cha, jangan deket-deket sama cowo itu!”, “Kenapa babe?”, “Ntar kamu tau sendiri deh.”
Aku nggak tau kenapa Justin nggak suka sama Cody. Kenapa dia nggak ngebolehin aku deket-deket sama Cody. Aku harus cari tau nih.
Setelah aku cari tau kenapa Justin nggak ngebolehin aku deket Cody, ternyata masalahnya adalah dia itu musuhnya Justin waktu SD. Astaga, itu alasannya? Simple banget? Masih gitu dendam sampe sekarang? Yah itulah Justin.
Aku kurang nurut sama Justin, waktu Cody datang minta kenalan sama aku, aku iyakan bahka dia minta nomor HPku dan aku iyakan. Kan Justin musuhannya waktu kecil dulu kan? Aku nggak tau kenapa juga Cody memang sedikit aneh sama aku.
Keesokan harinya…
Justin absen hari ini, dia harus manggung diluar kota. Aku duduk sendirian, nggak ada temen sebangku. Tapi, tiba-tiba Cody datang, “Hi Chaca, boleh nggak aku duduk disebelahmu.”, “Ehm, ya. Silahkan.”, “Kamu itu kok cantik banget sih Cha.”, “Iya ya, makasih ya.”(aku biasa aja), “Kamu cewenya Justin kan?”, “Iya.”, “Ehm, Justin pasti bilang sama kamu jangan deket-deket sama aku ya kan?”. Aku bingung jawab apa, tapi aku nggak enak aja, “Nggak, dia nggak bilang apa-apa kok.”, “Oh ya sudah. Biasanya dia gitu sih.”, “Emangnya ada apa sih kok sampe kayak gitu?”, “Dulu kami musuhan.”, “Oh.”
Sepulang sekolah Cody mengajakku makan siang di sebuah restoran. Tanpa basa-basi dia langsung memesankan aku spaghetti, “Ehm, Cha. Kamu suka spaghetti kan?”, “I…iya. Kok kamu tau sih?”, “Sama kayak Justin.”, “Ha?”, “Justin juga suka kan?”, “He’em.” Lalu spaghetti datang, aku langsung memakannya.
Justin nggak tau kalo aku diajak makan siang sama Cody. Aku cuma nganggep Cody sebagai teman nggak lebih. Mana mungkin Justin marah. Itu sih pikiranku.
Pagi ini Justin masuk sekolah lagi dan dia duduk disebelahku lagi. Kali ini aku nggak deket-deket sama Cody sesuai dengan permintaan Justin. Tapi aku yakin dia nggak tau kalo aku sama Cody akrab banget kemarin.
Justin bener-bener nggak tau soal kemarin dan dia menggenggam tanganku sepanjang pelajaran. So sweet banget. Guru yang lagi ngajar nggak tau ini. Hemm.
Namun Cody yang saat itu duduk di pojok depan kanan melirik ke arahku dengan tatapan yang tajam. Rasanya ada sesuatu dengan anak itu yang nggak bisa dijelasin.
Aku dan Cody secara diam-diam sudah sangat dekat. Sudah termasuk lama kami berteman. Selama satu bulan dan Justin tidak mengetahuinya. Dan sudah berkali-kali Cody mengajakku ngedate, tapi khusus yang ini aku pasti tolak. Aku masih sangat sayang sama Justin. Namun ada satu hal dari Cody yang tidak dapat dijelaskan. Terkadang sorot matanya sangat aneh waktu lihat aku.
Pagi ini Justin datang ke rumahku, hari ini hari Minggu dan dia mengajakku jalan-jalan. Ketika kami sedang mengobrol di depan rumah, tiba-tiba datanglah Cody. Justin yang melihat Cody memasang tampang marah dan kesal. Sepertinya Cody nggak peduli. Dia jalan aja ke arahku dan berkata, “Hei Cha. Kamu mau nggak jadi pacarku?” aku sangat bingung. Dalam pikiranku Cody seperti psycho, dia nggak peduli ada Justin disitu.
Dengan penuh emosi, Justin melayangkan sebuah pukulan keras kepada Cody. *Bruuukkk!!!!*. dan Cody mencoba membalas pukulan Justin, namun gagal. Aku melerai mereka, “Hei! Apa maksud kalian?” tanyaku, “Chaca! Udah aku bilang kan. Kalo kamu itu nggak boleh deket-deket psikopat ini!” jawab Justin, “Psikopat?” aku semakin bingung. “Jangan dengeriun Justin Cha!” Teriak Cody. Aku lengah, karena aku bingung. Apa Cody benar-benar psikopat? Tapi sepertinya dia normal. Tapi dari cara Justin bicara, sepertinya memang dia nggak sedang bercanda.
Tiba-tiba Justin dan Cody melanjutkan pertengkaran mereka. Aku mencoba melerai mereka lagi. Dan menenangkan mereka. “Okay. Kenapa Cody? Kenapa kamu tembak aku?” tanyaku, “Cha, aku itu beneran cinta sama kamu.”, “Tapi nggak gitu juga. Aku udah punya Justin. Aku cinta banget sama dia. Kamu dengerin aku. Oke!”, “Tapi Justin itu…”, “My love is unchangeable. I love Justin now and forever. Do you understand?”, lalu entah mengapa Cody mukanya marah banget. Lalu dia balik kanan, dia pergi begitu saja. Justin hanya terdiam.
Aku bertanya kepada Justin, “Emang Cody beneran psikopat?”, “I-iya Cha, dia itu aneh. Dia punya kepribadian ganda dan dia juga sering nggak sadar sama apa yang dia lakuin. Kamu lihat sendiri kan? Dia aneh banget.. makanya aku nggak mau kamu deket-deket sama dia.”, “I-iya. Maafin aku ya. Aku udah deket-deket dia.”, “Ya udah nggak apa-apa. Aku tahu cintamu itu nggak bisa diganti dengan mudahnya.”, “Sip…” lalu kami pergi jalan-jalan sesuai rencana.
Keesokan harinya di sekolah, Cody tidak terlihat. Sepertinya dia tidak masuk sekolah. Kabarnya dia kembali ke rumah orang tuanya di luar kota. Mungkin karena dia malu dengan kejadian kemarin. Ternyata dibelakang itu semua dia seorang yang sangat tidak terduga.

Tunggu I’m Ur OLLG 4 !!!

No comments:

Post a Comment

Feel free to give me your opinion :D