Friday, January 6, 2017

Artikel - Tema Kehidupan dan Isu Kedewasaan



TEMA KEHIDUPAN DAN ISU KEDEWASAAN



*Kayaknya pake bahasa formal boleh juga buat tulisan kali ini :P #tehee*

Akhir-akhir ini saya suka sekali dengan novel, manga, anime sampai lagu yang bertema kehidupan yang mengutamakan isu perjalanan menuju kedewasaan. Hal semacam itu mungkin dikarenakan oleh kehidupan sensitif orang dewasa yang terselubung dan unik. Saya masih kesulitan untuk mendeskripsikan ini. Memang di-usia saya sekarang ini, isu tentang proses kedewasaan sangatlah pas sebagai suatu refleksi sekaligus referensi bagi diri saya sendiri.


Proses menuju kehidupan yang lebih rumit, dimana seseorang hendak meninggalkan masa kanak-kanak, mencari cinta yang serius, mencoba meraba kehidupan itu sendiri hingga memilah-milah mimpi. Semua itu, jujur, sangat sensitif. Saya yang sejujurnya sangatlah “childish” ini seperti dipaksa untuk memahami kehidupan. Awalnya sangat menyakitkan dan menyebalkan karena tuntutan tersebut (Bahkan sampai sekarang saya belum bisa dikatakan sebagai manusia dewasa.) hingga saya merenungkan semuanya. Saya sadar kalau saya tidaklah sendirian dalam menghadapi hal ini. Kebingungan, kecemasan dan ketakutan bahkan kesakitan dalam menghadapi proses menuju kedewasaan itu dialami oleh semua orang.

Cerita-cerita tentang kehidupan yang merujuk ke proses kedewasaan sangatlah menyentuh hati saya dan membuat saya tertarik. Di bawah ini adalah beberapa karya yang mengambil isu kedewasaan yang akan saya bahas:
 
Solanin

Solanin merupakan sebuah manga atau komik Jepang yang ditulis oleh Inio Asano pada tahun 2006. Saya menemukan komik ini di toko buku (tanpa referensi dari manapun). Setelah menemukan manga ini (yang memiliki dua seri) saya langsung membaca sinopsisnya. Saya pun langsung tertarik untuk menjadikan manga ini menjadi salah satu koleksi saya. Secara terang-terangan, manga ini sudah mencantumkan tema dan isu ceritanya di bagian belakang buku seperti, “Rapsodi masa muda kami yang hidup di masa kini yang buram tak terbatas.”

Setelah saya membaca dua seri dari Solanin itu sendiri, saya merasakan bahwa banyak sekali hal-hal yang “related” dalam kehidupan ini di dalam manga tersebut. Dimana kenyataan bahwa orang yang dianggap dewasa memang kebanyakan mengiklaskan apa saja yang terjadi. Banyak sekali hal yang menurut saya menjadi harta terpendam di dalam cerita manga ini. Kalau bicara gambarnya sih, sudah pasti bagus. Gaya menggambar manga ini memang bukanlah gaya manga mata besar yang mainstream terbitan baru-baru ini dan ada juga penggabungan objek 2D dan 3D di dalamnya (alias mengedit foto asli digabung dengan gambar 2 dimensi). Memang terasa berbeda, namun kali ini saya tidak ingin membahas teknis apapun selain ceritanya.


Cerita dari Solanin sendiri adalah tentang kehidupan seorang gadis yang bernama Meiko Inoue. Ia tinggal dengan kekasihnya, Naruo Takeda sejak masih kuliah hingga dua tahun setelah mereka lulus. Meiko mengalami kegalauan masa-masa dewasa seperti bosan dengan pekerjaannya hingga masih memiliki kehendak sesuka hati. Takeda sendiri yang bekerja paruh waktu sebagai designer mengalami kegalauan karena passionnya dalam bermusik seperti tertahan akibat pekerjaannya. Meiko pun memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya, dan Takeda memutuskan untuk bermain musik lagi dengan bandnya yang sudah terbentuk sejak masih kuliah. Solanin sendiri merupakan sebuah lagu yang ditulis Takeda. Lagu tersebutlah yang menjadi fokus cerita ini, atau yang membuat perubahan situasi tokoh-tokoh cerita manga ini sendiri.

Yang saya tidak ketahui dari manga ini sebelum menemukannya adalah fakta bahwa manga ini sebenarnya sudah diangkat menjadi sebuah film atau istilahnya live action pada tahun 2010. Saya pun langsung mencari filmnya. Setelah saya menontonnya, mungkin seperti biasa, reaksi pembaca manga atau novel terhadap film selalu sama saja. Akan tetapi, isu yang diambil tetap terjaga, dan hal tersebut menyentuh sekali.

FIlm Solanin sendiri disutradarai oleh Takahiro Miki dan berdurasi 126 menit. Meiko sendiri diperankan oleh Aoi Miyazaki dan Takeda diperankan oleh Kengo Kora.

Musik, masa muda, perjalanan hidup dan luka hati menjadi komponen yang mendukung cerita dari Solanin itu sendiri. Terdengar melankolis kah? Menurut saya roman tentang perjalanan hidup itu sendiri memanglah melankolis. Segala macam kegalauan yang kita alami sendiri memang semacam itu.

(Trailer Solanin)


 (Lagu Solanin)

Lagu Solanin sendiri, versi studionya dibawakan oleh Asian Kung-fu Generation. Lagu tersebut memanglah menjadi sentral dalam cerita manganya sendiri. Memang liriknya menceritakan tentang suatu perubahan situasi tokoh yang sangat sensitif. Memang secara harfiah, lirik lagu ini terasa seperti lagu kisah cinta yang berakhir, namun sebenarnya yang berakhir adalah keragu-raguan tokoh dalam melangkah kedepan. Lagu ini memang cocok dengan situasi proses menuju kedewasaan itu sendiri.


ReLIFE

ReLIFE sendiri sebenarnya adalah manga karya Sou YAYOI yang terbit di situs manga online Comico mulai tahun 2013. Akan tetapi, saya baru melihat animenya musim panas tahun 2016 lalu. Anime ini berkisah tentang seorang pria bernama Arata Kaizaki yang sudah berusia 27 tahun namun masih menganggur setelah keluar dari pekerjaannya. Karena mengikuti program ReLIFE secara tidak sengaja setelah pertemuannya dengan seseorang yang bernama Ryo Yoake, ia berubah menjadi remaja berusia 17 tahun lagi. Dengan mengikuti program tersebut, Arata harus kembali menjadi siswa SMA.




(Trailer Anime ReLIFE)

Yang menarik dari cerita ReLIFE adalah dimana tokoh utama diceritakan sebagai sosok yang sebenarnya masih polos sebagai orang dewasa. Ia terlihat sangat terkejut dengan kenyataan bahwa dunia kerja tidaklah sepenuhnya sehat. Ia terlihat canggung bahkan tertekan dengan kelicikan-kelicikan yang dilihat di depan matanya. Akan tetapi, setelah ia berubah menjadi remaja kembali, ia menyadari bahwa kehidupan memanglah seperti itu. Ia yang awalnya polos itu bisa menjadi seorang yang bijaksana, terutama bagi teman-teman barunya di SMA. Meskipun nilai akademiknya cenderung buruk, nilai kehidupannya justru meningkat.

Cerita ReLIFE sendiri begitu mengesankan karena selain memotret kehidupan canggung Arata, ReLIFE juga mengajak kita untuk kembali ikut menikmati cerita perjalanan remaja di masa SMA yang sebenarnya unik. 

Bagi kita yang sudah memasuki usia dewasa, cerita dari ReLIFE sendiri akan membuat kita ingin kembali ke masa SMA karena disitulah titik dimana kita membangun kehidupan dewasa itu sendiri. Sambil mengikuti perjalanan hidup Arata Kaizaki sebagai siswa SMA, kita bisa ikut merenungkan masa-masa SMA kita sendiri. Memang kehidupan kita tidaklah sama dengan apa yang digambarkan di cerita ReLIFE namun setidaknya ada sesuatu yang identik untuk mengingatkan kita pada masa itu.

Bagi yang belum tahu, Live Action ReLIFE akan rilis pada bulan April tahun 2017 ini.


Details
Director: Takeshi Furusawa 
Cast:
Taishi Nakagawa - Arata Kaizaki
Yuna Taira - Chizuru Hishiro
Mahiro Takasugi - Kazuomi Oga
Elaiza Ikeda - Rena Kariu
Sae Okazaki - An Onoya
Yudai Chiba - Ryo Yoake

 


Kanseitou (Cotrol Tower)

Kanseitou awalnya merupakan lagu milik band Galileo Galilei dalam album mereka yang berjudul Ame Nochi Galileo yang kemudian diangkat menjadi sebuah film berdurasi 68 menit yang disutradarai oleh Takahiro Miki dan tokoh utamanya diperankan oleh Kento Yamazaki dan Ai Hashimoto. Setelah filmnya rilis pada tahun 2011, lagu tersebut diaransemen ulang menjadi akustik dan dirilis dalam album Galileo Galilei yang berjudul Parade di tahun yang sama.

Film Kanseitou sendiri menjadi visualisasi yang cukup eksplisit dari lagunya sendiri. Film ini menceritakan kehidupan seorang pemuda yang baru saja memasuki masa remaja bernama Kakeru Fujita. Ia pun bertemu dengan gadis yang bernama Mizuho (Mii), seorang murid baru yang ternyata selalu berpindah tempat tinggal bersama ayahnya untuk menghindari tagihan utang. Mereka berdua memiliki kecocokan karena sama-sama suka menyendiri dan memisahkan diri dari teman-teman sekelas mereka. Dua remaja ini pun membentuk duo dan bermain musik di cafe milik teman dari ayah Kakeru bahkan mengikuti kompetisi musik hingga pada akhirnya mereka harus berpisah.

(Trailer Film Kanseitou)

Cerita dalam film ini mengalir dengan cukup mulus, manis dan mengangkat perasaan “solitude” dan misterius dua orang remaja dengan baik. Sebagai film yang menggambarkan perasaan bimbang di usia muda dengan segala kecemasannya, film ini telah cukup menggambarkan itu semua. Kecemasan manusia sebelum menginjak kedewasaan diceritakan dengan tempo perlahan dalam cerita ini, ditambah dengan bumbu musik yang membuatnya cukup melankolis namun tetap konsisten pada rasa masa muda itu sendiri.

Bagi kita yang masih merasakan kebimbangan untuk menuju kedewasaan, film ini juga bisa menjadi salah satu refenrensi untuk melihat kedewasaan dari sudut pandang remaja. Unsur paradoks yang terkandung di dalam cerita film ini bisa menjadi renungan bagi kita yang sedang menginjak tangga kedewasaan itu sendiri. Pencapaian dalam ending film ini pun menjadi suatu kesimpulan akan pilihan yang diambil seseorang untuk mencapai tujuannya.

(Lagu Kanseitou)
 
(Lagu Kanseitou Versi Akustik)



Pada akhirnya, masa-masa manusia menginjak tangga kedewasaan sangatlah “sensitif" bahkan “sentimental” karena muncul banyak sekali halangan dan rintangan bahkan pilihan dalam hidup. Dalam penggambaran akan kehidupan masa dewasa yang seperti itu, banyak angan-angan untuk kabur atau lari dari kenyataan untuk kembali ke masa remaja atau bahkan anak-anak. Bagi yang akan menuju tangga kedewasaan, rasa galau pasti mulai menguasai diri sehingga pilihan untuk menikmati masa muda sangatlah diperlukan. Cerita-cerita di atas membawa kita untuk menilik bagaimana sulitnya kehidupan orang dewasa dan bagaimana menyebalkannya situasi dimana banyak kekawatiran untuk menjadi dewasa. (EC)

Refferences:
youtube.com
asianwiki.com


p.s: Dilarang keras copas tanpa menyertakan sumber!
(All Rights Reserved)


No comments:

Post a Comment

Feel free to give me your opinion :D