Cold
Elle’s POV
Sssshhh...
Aku
terbangun seketika. Aku mendengar suara desisan. Sepertinya ada seseorang yang
sedang sangat kesakitan. Tapi siapa? Aku mencoba melihat jam dinding di
depanku, dan sekarang masih pukul empat pagi. Tiba-tiba firasatku tertuju
kepada kakak laki-lakiku, Kellin. Aku mendengar suara itu dari kamarnya. Seketika
aku bergegas menuju kamarnya yang berada disebelah kamarku.
“Kellin...”
Aku mengetuk pintu kamarnya, namun tidak ada jawaban.
“Kells...
Buka pintunya!” Aku mengetuk pintu kamar itu lebih keras lagi, dan sekali lagi,
tidak ada jawaban. Aku mencoba membuka pintunya yang ternyata tidak dikunci,
dan benar saja aku melihat Kellin terjatuh di samping ranjangnya. Ia meringkuk
dan gemetaran. Aku pun menghampirinya.
“Apa
yang terjadi?” tanyaku.
“Ss-sakit.”
Jawabnya pelan. Tubuhnya panas sekali, dan ia tidak bisa berdiri. Aku langsung
berlari menuju kamar kedua orang tua angkatku, lalu mengetuk pintu kamar mereka
sekeras mungkin. Aku sangat panik dan tidak tahu harus berbuat apa lagi.
“Ibu..
ayah...!” Panggilku.
Kamar
mereka terkunci, dan aku tidak bisa masuk dengan mudah. Sepertinya belum ada
tanggapan2 dari mereka. Aku semakin panik dan berteriak semakin keras.
“Ibu...!
Ayah...!”
Lalu
seseorang membuka pintu kamar itu.
“Ayah!”
Sambutku sambil meraih tangan ayah angkatku itu dan menariknya untuk segera menuju
ke kamar Kellin.
“Ada
apa sayang?” tanya ayah.
“Kellin!
Dia sakit, Yah!” Jawabku.
Ayah
pun langsung menghampiri Kellin di kamarnya, dan kulihat ia langsung membawa
Kellin keluar kamar dengan menggendong badannya yang cukup kecil di usianya
yang sudah dua belas tahun itu. Ibu menyusul dan memeriksa keadaan kakakku.
Setelah itu kami berangkat ke rumah sakit terdekat.
***
Dokter
sedang melakukan berbagai pemeriksaan terhadap Kellin. Aku takut ini akan
menjadi sesuatu yang buruk, apalagi ketika dokter itu mengatakan bahwa
saudaraku itu harus dirawat beberapa hari di rumah sakit ini. Aku hanya
berharap bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi.
Hari
ini aku tidak berangkat sekolah karena kejadian yang sangat mengejutkanku ini.
Aku masih ngantuk dan sekarang aku lapar. Ayah mengajakku ke kafetaria rumah
sakit itu dan kami makan bersama. Ibu tidak mau ikut karena ia sangat panik dan
cemas. Sebenarnya selera makan ayah terlihat buruk kali ini, akan tetapi ketika
aku bertanya kenapa, ia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa tidak ada apa-apa.
Setelah
aku dan ayah selesai makan, kami langsung menuju ke ICU karena Kellin sudah
dibawa kesana. Aku melihat ibu menangis. Ia duduk di bangku panjang di lorong
dekat ICU.
“Apa
yang terjadi, Bu?” tanyaku.
“Oh
sayang, semuanya akan baik-baik saja.” Ibu memelukku. Seketika aku rindu
pelukan ibu kandungku yang sudah lama tidak kurasakan, aku mulai menangis.
“Kellin
sakit apa?”
“Dokter
belum memastikan.” Lalu ibu tersenyum dan menatapku dengan hangat.
Beberapa
menit kemudian, dokter mengajak kami ke ruangannya yang berada sedikit jauh
dari ICU. Raut wajahnya sangat serius, dan menurutku ini akan sangat buruk.
Dokter itu memulai dari hasil pemeriksaannya, mulai dari analisis gejala, MRI,
tes darah dan sebagainya. Lalu wajah dokter itu semakin terlihat menyesal
sekali, apalagi dengan hasil diagnosanya yang menunjukkan bahwa Kellin
menderita leukemia stadium awal.
Dokter
mengatakan bahwa dengan keadaan itu, Kellin masih bisa baik-baik saja dengan
melakukan kemoterapi. Akan tetapi, aku mengenal seorang yang juga menderita leukemia, dan kebetulan
satu kelas denganku di kelas empat dulu. Buruk sekali dan aku tidak mau
menceritakannya. Kali ini aku hanya bisa memeluk ibu angkatku yang mulai menangis.
Aku hanya merasakan kedinginan dalam tubuhku. Aku tidak mau kehilangan
sahabatku.
Next for CHAPTER 3 - The Untold Story
Next for CHAPTER 3 - The Untold Story
Comments
Post a Comment
Feel free to give me your opinion :D