LULLABY
-Aku Harus Terbiasa-
Perhatian!!!
Sebelum membaca fanfiction ini, jangan lupa! Cerita ini hanya
fiktif belaka dan bukanlah merupakan suatu fakta kehidupan dari nama-nama yang
menjadi tokoh dalam kisah ini (cuman minjem nama dan ciri2?!). Dan, hati-hati
karena cerita ini cukup keras dan kemungkinan bikin baper sehingga jangan
baper. Hehe ;)
Tokoh:
All of the OOR’s members
Genre:
Drama, Tragedy
Theme:
Friendship
Panjang:
1127 kata (part 1)

Sejak
sebulan lalu, persahabatan Toru, Taka, Tomoya dan Ryota hancur setelah mereka
mempermasalahkan kesalahan mereka saat pentas seni sekolah. Hal yang membuat
masalah ini menjadi semakin parah adalah kenyataan bahwa mereka berusaha saling
menghindar. Sepertinya pentas seni itu telah menjadi kutukan bagi empat sahabat
yang didaulat untuk menjadi band utamanya ini. Sepertinya, penyesalan pun tidak
usah dibahas lagi.
Toru
terdiam sejenak setelah mendengar suara desahan dalam toilet putra di
sekolahnya. Sepertinya itu suara desahan seseorang yang kesakitan. Secepat
mungkin, ia masuk ke dalam toilet. Ia menuju ke bilik paling ujung, yang
merupakan satu-satunya bilik kamar mandi yang pintunya terkunci. Karena
penasaran, ia menengok ke bawah pintu bilik yang memiliki celah cukup lebar.
Ada darah, tercecer dan masih ada yang menetes.
“Siapapun
kamu, jangan paksa aku keluar dari sini!” Terdengar suara yang sedikit lirih
dari dalam bilik itu. Sepertinya Toru mengenal suara itu, dan tahu siapa
pemiliknya.
“Taka?”
Toru pun mulai panik, “Apa yang terjadi denganmu?”
“DIAM!”
Itu memang suara milik Taka, sahabatnya. Kini ia berteriak.
Tanpa
basa-basi, Toru langsung mendobrak pintu bilik kamar mandi itu dengan kekuatan
penuh hingga terbuka. Ia pun menemukan Taka duduk diatas kloset tertutup, dan
menutupi wajahnya dengan kedua tangannya yang masih meneteskan darah.
“Aku
harus terbiasa! Aku harus terbiasa!” bisik Taka untuk dirinya sendiri.
“Apa
yang kamu lakukan?” Toru mulai bertanya. Ia menemukan sebilah silet di atas
lantai, lalu membuangnya. Silet itu yang digunakan Taka untuk menyayati
pergelangan tangannya.
Suasana
pun berubah menjadi hening karena Toru terpaku, dan tidak tahu harus berbuat
apa. Ia terkejut karena salah satu sahabatnya melakukan hal ini. Baginya, Taka
tidak pantas berbuat demikian.
Setelah
tahu harus berbuat apa, Toru pun membawa Taka ke ruang kesehatan sekolah supaya
lukanya ditangani. Karena Taka menyayat pergelangan tangan kirinya, dan darah
pun sulit dihentikan sehingga ia harus dilarikan ke rumah sakit. Setelah
selesai ditangani di rumah sakit, Taka pun tak sadarkan diri karena kehilangan
banyak darah. Untungnya, persediaan darah di rumah sakit itu masih lengkap, dan
masalah pun dapat diatasi.
Beberapa
saat kemudian, Taka pun terbangun. Ia terkejut karena Toru berada disampingnya.
“Kamu
sudah bangun?” Toru kini memperlihatkan senyuman langkanya kepada salah satu
sahabatnya itu, “Syukurlah.”
“Kenapa
kamu mau capek-capek ngurusin aku?”
“Apa?
Kamu nggak suka?”
Taka
pun memalingkan wajahnya dari Toru.
“Baiklah.
Aku tahu apa yang kamu rasakan.”
“Cih!
Nggak ada yang tahu apa yang aku rasakan.”
“Terserah,”
Toru pun beranjak pergi, “Oh iya, ayahmu sebentar lagi sampai. Jangan
macam-macam!”
“Cih!”
Dua
hari setelah kejadian percobaan bunuh diri itu, Taka kembali ke sekolah dan
mengikuti pelajaran di kelas seperti biasa. Akan tetapi, ada yang berbeda
darinya. Sekarang ia lebih pendiam, dan terlihat aneh dengan hoodienya. Ia
terlihat kurus dan pucat tanpa semangat. Toru yang menyadari perbedaan ciri
sahabatnya itu memilih diam untuk sementara waktu.
Pada
jam istirahat, Toru membiarkan Taka tetap di kelas dan mencoba mencari Tomoya
yang merupakan sahabat sekaligus kakak kelasnya itu, untuk menanyakan apa yang
ia lakukan kepada Taka hingga ia menjadi seperti ini.
Toru
pun menemukan Tomoya sedang berada di kantin sekolah bersama teman-teman
sekelasnya. Ia mencurigai kakak kelasnya itu. Menurutnya, Tomoya pasti berperan
besar dalam perubahan Taka kali ini. Dengan penuh emosi, Toru menanyakan hal
tersebut kepada Tomoya hingga akhirnya ia angkat bicara.
***
Sebulan
lalu, hanyalah sebuah waktu yang tak berarti jika tidak ada apapun yang menjadi
ganjalan dalam ingatan kita. Akan tetapi, itu adalah suatu waktu yang penting
untuk diingat oleh Toru, Taka, Tomoya dan Ryota. Setelah tampil di atas
panggung pentas seni sekolah, mereka terlibat dalam pertengkaran.
Semuanya
berawal dari terlalu padatnya jadwal latihan mereka dan mengakibatkan Taka,
sang vokalis kelelahan dan tidak bisa mencapai nada tinggi ketika bernyanyi
bahkan ia sering lepas dari tempo. Selain itu, ia merupakan orang yang sering
terlambat tanpa alasan yang jelas. Masalah itu juga ditambah dengan keinginan
mereka yang berbeda dalam menentukan lagu. Perselisihan pun tidak terhindarkan
hingga pada saat pentas, penampilan mereka kurang maksimal. Hal tersebut
membuat Tomoya marah. Sebagai yang tertua dan akan lulus, ia tidak terima. Ia
merasa bahwa penampilan band ini adalah penampilannya yang pertama dan terakhir
sebagai seorang siswa SMA meskipun selama ini dia sering tampil di luar
sekolahnya. Ini adalah kesempatannya untuk tenar meskipun terlambat. Penampilan
band yang kurang maksimal itu membuatnya emosi dan meninggalkan tiga
sahabatnya.
Suatu
ketika, Tomoya menyeret Taka yang sedang berjalan pulang ke rumahnya. Ia
membawa Taka ke sebuah gang sepi dan memojokkannya.
“Apa
maksudmu? Dari awal aku nggak pernah percaya sama kamu. Dasar tikus!” Tomoya
membentak Taka sambil menggencet tubuhnya ke dinding.
Taka
hanya diam, dan tidak memberikan perlawanan apapun. Ia malah memalingkan
mukanya dari Tomoya tanpa reaksi berlebihan.
“Dasar
bodoh!” Emosi Tomoya pun meledak, dan ia memukul perut Taka sekeras-kerasnya
hingga air keluar dari mulutnya. Kali ini Tomoya bertindak kejam kepada salah
satu (mantan) sahabatnya. Amarahnya memang sudah tidak terbendung lagi, ia pun
mulai menggenggam leher Taka, dan hendak mencekiknya.
“Kamu
ini... Aku tahu kamu nggak bisa nyanyi! Sok banget mau jadi vokalis. Tapi
nyatanya apa? GAGAL! Kamu GAGAL!” Kata Tomoya sambil mengencangkan genggaman
tangannya di leher Taka.
Taka
tetap diam walau wajahnya menunjukkan ekspresi kesakitan, perasaan sakit yang
luar biasa bagi tubuh kurusnya. Akan tetapi, ia berusaha mengambil sesuatu dari
kantung celananya. Sebilah belati, yang terlihat sangat tajam, dan bisa
menembus apapun dengan mudah.
“Kamu
mau membunuhku?” dengan suara lirih, kini Taka mulai angkat bicara. “Ambil ini,
dan tusukkan ke manapun yang kamu mau! Aku tidak akan mempermasalahkannya.”
DEG!
Kali ini Tomoya merasa seperti tertampar berkali-kali di wajahnya. “A-apa?”
“Sudahlah!
Bunuh saja tikus ini! Percuma kalau aku harus hidup.” Kini ekspresi Taka
berubah menjadi dingin.
Tomoya
pun mengambil belati itu dan memasukkannya ke dalam tasnya, lalu melepaskan
genggaman tangannya dari leher Taka. “Akan kubunuh, nanti,” kata Tomoya lalu
meninggalkan Taka sendirian di tempat itu.
Setelah
kejadian itu, mereka tidak pernah saling bertatapan muka terlebih karena Tomoya
yang malu akan sikapnya. Ia ingat persahabatannya dengan tiga orang sahabatnya
itu sudah berjalan sejak mereka masih kecil. Persahabatan yang dulu begitu
indah itu sekarang sudah hancur karena sikapnya dibalik kenyataan bahwa ia
adalah yang tertua diantara mereka.
***
Setelah
mengetahui kisah itu, Toru semakin emosi dan ingin memukul Tomoya. Akan tetapi,
ketika tangannya yang mengepal akan mendarat di wajah Tomoya, sesuatu datang
dan menghalanginya.
“Cukup!
Apa maksud kalian?!” Ryota telah memegang erat tangan Toru yang hendak memukul
Tomoya.
“Hei
anak kecil! Apa urusanmu?” Tanya Tomoya dengan sinis.
Ryota
pun hanya diam saja dan menundukkan kepalanya.
“Hei!
Bicaralah!” Kini Toru membentak Ryota.
“Ehm.
I-itu...”
“Apa?”
“Kakak...
Ah! Taka. Tadi aku melihatnya menuju atap gedung,” jawab Ryota.
“Apa?”
Kali ini Toru langsung berlari untuk menuju atap gedung sekolah mereka yang
memiliki lima lantai. Ia tidak ingin Taka berbuat bodoh lagi.
(To Be Continued)
lanjutin yaaaa
ReplyDeleteOk, secepatnya! Makasih udah baca :)
DeleteSudah lanjut nih kak! Silahkan menuju link ini ya >>> http://elisabethcecilia.blogspot.com/2015/08/lullaby-one-ok-rock-fanfiction-part-2.html#
Deletewaduh tomoya jadi tega gini banget sama taka
ReplyDeleteok nih ceritanya
Aku juga heran sist... dia jadi kejem gitu :(
Delete