TEMA KEHIDUPAN DAN ISU KEDEWASAAN
*Kayaknya
pake bahasa formal boleh juga buat tulisan kali ini :P #tehee*
Akhir-akhir ini
saya suka sekali dengan novel, manga, anime sampai lagu yang bertema kehidupan
yang mengutamakan isu perjalanan menuju kedewasaan. Hal semacam itu mungkin
dikarenakan oleh kehidupan sensitif orang dewasa yang terselubung dan unik.
Saya masih kesulitan untuk mendeskripsikan ini. Memang di-usia saya sekarang
ini, isu tentang proses kedewasaan sangatlah pas sebagai suatu refleksi
sekaligus referensi bagi diri saya sendiri.
Proses menuju
kehidupan yang lebih rumit, dimana seseorang hendak meninggalkan masa
kanak-kanak, mencari cinta yang serius, mencoba meraba kehidupan itu sendiri hingga memilah-milah
mimpi. Semua itu, jujur, sangat sensitif. Saya yang sejujurnya sangatlah “childish”
ini seperti dipaksa untuk memahami kehidupan. Awalnya sangat menyakitkan dan menyebalkan
karena tuntutan tersebut (Bahkan sampai sekarang saya belum bisa dikatakan
sebagai manusia dewasa.) hingga saya merenungkan semuanya. Saya sadar kalau
saya tidaklah sendirian dalam menghadapi hal ini. Kebingungan, kecemasan dan
ketakutan bahkan kesakitan dalam menghadapi proses menuju kedewasaan itu
dialami oleh semua orang.
Cerita-cerita
tentang kehidupan yang merujuk ke proses kedewasaan sangatlah menyentuh hati
saya dan membuat saya tertarik. Di bawah ini adalah beberapa karya yang
mengambil isu kedewasaan yang akan saya bahas:
Solanin
Solanin
merupakan sebuah manga atau komik Jepang yang ditulis oleh Inio Asano pada
tahun 2006. Saya menemukan komik ini di toko buku (tanpa referensi dari
manapun). Setelah menemukan manga ini (yang memiliki dua seri) saya langsung
membaca sinopsisnya. Saya pun langsung tertarik untuk menjadikan manga ini
menjadi salah satu koleksi saya. Secara terang-terangan, manga ini sudah
mencantumkan tema dan isu ceritanya di bagian belakang buku seperti, “Rapsodi
masa muda kami yang hidup di masa kini yang buram tak terbatas.”
Setelah saya
membaca dua seri dari Solanin itu sendiri, saya merasakan bahwa banyak sekali
hal-hal yang “related” dalam kehidupan ini di dalam manga tersebut.
Dimana kenyataan bahwa orang yang dianggap dewasa memang kebanyakan
mengiklaskan apa saja yang terjadi. Banyak sekali hal yang menurut saya menjadi
harta terpendam di dalam cerita manga ini. Kalau bicara gambarnya sih, sudah
pasti bagus. Gaya menggambar manga ini memang bukanlah gaya manga mata besar yang
mainstream terbitan baru-baru ini dan ada juga penggabungan objek 2D dan 3D di
dalamnya (alias mengedit foto asli digabung dengan gambar 2 dimensi). Memang
terasa berbeda, namun kali ini saya tidak ingin membahas teknis apapun selain
ceritanya.
Cerita dari
Solanin sendiri adalah tentang kehidupan seorang gadis yang bernama Meiko
Inoue. Ia tinggal dengan kekasihnya, Naruo Takeda sejak masih kuliah hingga dua
tahun setelah mereka lulus. Meiko mengalami kegalauan masa-masa dewasa seperti
bosan dengan pekerjaannya hingga masih memiliki kehendak sesuka hati. Takeda
sendiri yang bekerja paruh waktu sebagai designer mengalami kegalauan karena passionnya
dalam bermusik seperti tertahan akibat pekerjaannya. Meiko pun memutuskan untuk
berhenti dari pekerjaannya, dan Takeda memutuskan untuk bermain musik lagi
dengan bandnya yang sudah terbentuk sejak masih kuliah. Solanin sendiri
merupakan sebuah lagu yang ditulis Takeda. Lagu tersebutlah yang menjadi fokus
cerita ini, atau yang membuat perubahan situasi tokoh-tokoh cerita manga ini
sendiri.
Yang saya tidak
ketahui dari manga ini sebelum menemukannya adalah fakta bahwa manga ini
sebenarnya sudah diangkat menjadi sebuah film atau istilahnya live action pada
tahun 2010. Saya pun langsung mencari filmnya. Setelah saya menontonnya,
mungkin seperti biasa, reaksi pembaca manga atau novel terhadap film selalu
sama saja. Akan tetapi, isu yang diambil tetap terjaga, dan hal tersebut
menyentuh sekali.
FIlm Solanin
sendiri disutradarai oleh Takahiro Miki dan berdurasi 126 menit. Meiko sendiri
diperankan oleh Aoi Miyazaki dan Takeda diperankan oleh Kengo Kora.
Musik, masa
muda, perjalanan hidup dan luka hati menjadi komponen yang mendukung cerita dari
Solanin itu sendiri. Terdengar melankolis kah? Menurut saya roman tentang
perjalanan hidup itu sendiri memanglah melankolis. Segala macam kegalauan yang
kita alami sendiri memang semacam itu.
(Trailer Solanin)
(Lagu Solanin)
Lagu Solanin
sendiri, versi studionya dibawakan oleh Asian Kung-fu Generation. Lagu tersebut
memanglah menjadi sentral dalam cerita manganya sendiri. Memang liriknya
menceritakan tentang suatu perubahan situasi tokoh yang sangat sensitif. Memang
secara harfiah, lirik lagu ini terasa seperti lagu kisah cinta yang berakhir,
namun sebenarnya yang berakhir adalah keragu-raguan tokoh dalam melangkah
kedepan. Lagu ini memang cocok dengan situasi proses menuju kedewasaan itu
sendiri.
ReLIFE
ReLIFE sendiri
sebenarnya adalah manga karya Sou YAYOI yang terbit di situs manga online Comico
mulai tahun 2013. Akan tetapi, saya baru melihat animenya musim panas tahun
2016 lalu. Anime ini berkisah tentang seorang pria bernama Arata Kaizaki yang
sudah berusia 27 tahun namun masih menganggur setelah keluar dari pekerjaannya.
Karena mengikuti program ReLIFE secara tidak sengaja setelah pertemuannya dengan
seseorang yang bernama Ryo Yoake, ia berubah menjadi remaja berusia 17 tahun
lagi. Dengan mengikuti program tersebut, Arata harus kembali menjadi siswa SMA.
(Trailer Anime ReLIFE)
Yang menarik
dari cerita ReLIFE adalah dimana tokoh utama diceritakan sebagai sosok yang
sebenarnya masih polos sebagai orang dewasa. Ia terlihat sangat terkejut dengan
kenyataan bahwa dunia kerja tidaklah sepenuhnya sehat. Ia terlihat canggung
bahkan tertekan dengan kelicikan-kelicikan yang dilihat di depan matanya. Akan
tetapi, setelah ia berubah menjadi remaja kembali, ia menyadari bahwa kehidupan
memanglah seperti itu. Ia yang awalnya polos itu bisa menjadi seorang yang
bijaksana, terutama bagi teman-teman barunya di SMA. Meskipun nilai akademiknya
cenderung buruk, nilai kehidupannya justru meningkat.
Cerita ReLIFE
sendiri begitu mengesankan karena selain memotret kehidupan canggung Arata,
ReLIFE juga mengajak kita untuk kembali ikut menikmati cerita perjalanan remaja
di masa SMA yang sebenarnya unik.
Bagi kita yang
sudah memasuki usia dewasa, cerita dari ReLIFE sendiri akan membuat kita ingin
kembali ke masa SMA karena disitulah titik dimana kita membangun kehidupan
dewasa itu sendiri. Sambil mengikuti perjalanan hidup Arata Kaizaki sebagai
siswa SMA, kita bisa ikut merenungkan masa-masa SMA kita sendiri. Memang
kehidupan kita tidaklah sama dengan apa yang digambarkan di cerita ReLIFE namun
setidaknya ada sesuatu yang identik untuk mengingatkan kita pada masa itu.
Bagi yang belum
tahu, Live Action ReLIFE akan rilis pada bulan April tahun 2017 ini.
Details
Director: Takeshi Furusawa
Cast:
Taishi Nakagawa - Arata Kaizaki
Yuna Taira - Chizuru Hishiro
Mahiro Takasugi - Kazuomi Oga
Elaiza Ikeda - Rena Kariu
Sae Okazaki - An Onoya
Yudai Chiba - Ryo Yoake
Kanseitou
(Cotrol Tower)
Kanseitou
awalnya merupakan lagu milik band Galileo Galilei dalam album mereka yang
berjudul Ame Nochi Galileo yang kemudian diangkat menjadi sebuah film
berdurasi 68 menit yang disutradarai oleh Takahiro Miki dan tokoh utamanya
diperankan oleh Kento Yamazaki dan Ai Hashimoto. Setelah filmnya rilis pada
tahun 2011, lagu tersebut diaransemen ulang menjadi akustik dan dirilis dalam
album Galileo Galilei yang berjudul Parade di tahun yang sama.
Film Kanseitou
sendiri menjadi visualisasi yang cukup eksplisit dari lagunya sendiri. Film ini
menceritakan kehidupan seorang pemuda yang baru saja memasuki masa remaja
bernama Kakeru Fujita. Ia pun bertemu dengan gadis yang bernama Mizuho (Mii),
seorang murid baru yang ternyata selalu berpindah tempat tinggal bersama
ayahnya untuk menghindari tagihan utang. Mereka berdua memiliki kecocokan
karena sama-sama suka menyendiri dan memisahkan diri dari teman-teman sekelas
mereka. Dua remaja ini pun membentuk duo dan bermain musik di cafe milik teman
dari ayah Kakeru bahkan mengikuti kompetisi musik hingga pada akhirnya mereka
harus berpisah.
(Trailer Film Kanseitou)
Cerita dalam
film ini mengalir dengan cukup mulus, manis dan mengangkat perasaan “solitude”
dan misterius dua orang remaja dengan baik. Sebagai film yang menggambarkan
perasaan bimbang di usia muda dengan segala kecemasannya, film ini telah cukup
menggambarkan itu semua. Kecemasan manusia sebelum menginjak kedewasaan
diceritakan dengan tempo perlahan dalam cerita ini, ditambah dengan bumbu musik
yang membuatnya cukup melankolis namun tetap konsisten pada rasa masa muda itu
sendiri.
Bagi kita yang
masih merasakan kebimbangan untuk menuju kedewasaan, film ini juga bisa menjadi
salah satu refenrensi untuk melihat kedewasaan dari sudut pandang remaja. Unsur
paradoks yang terkandung di dalam cerita film ini bisa menjadi renungan bagi
kita yang sedang menginjak tangga kedewasaan itu sendiri. Pencapaian dalam
ending film ini pun menjadi suatu kesimpulan akan pilihan yang diambil
seseorang untuk mencapai tujuannya.
(Lagu Kanseitou)
(Lagu Kanseitou Versi Akustik)
Pada akhirnya,
masa-masa manusia menginjak tangga kedewasaan sangatlah “sensitif" bahkan
“sentimental” karena muncul banyak sekali halangan dan rintangan bahkan pilihan
dalam hidup. Dalam penggambaran akan kehidupan masa dewasa yang seperti itu,
banyak angan-angan untuk kabur atau lari dari kenyataan untuk kembali ke masa
remaja atau bahkan anak-anak. Bagi yang akan menuju tangga kedewasaan, rasa
galau pasti mulai menguasai diri sehingga pilihan untuk menikmati masa muda
sangatlah diperlukan. Cerita-cerita di atas membawa kita untuk menilik
bagaimana sulitnya kehidupan orang dewasa dan bagaimana menyebalkannya situasi
dimana banyak kekawatiran untuk menjadi dewasa. (EC)
Refferences:
youtube.com
asianwiki.com
p.s: Dilarang keras copas tanpa menyertakan sumber!
(All Rights Reserved)
Comments
Post a Comment
Feel free to give me your opinion :D